Selasa, 11 Januari 2011

Gus Dur Tokoh Substansial dan Futuristik


Gus Dur Tokoh Substansial dan Futuristik
Oleh: Ahmad Barjie B

Figuritas KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (lahir di Denanyar Jombang 4 Agustus 1940 dan meninggal di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta 31 Desember 2009), tidak perlu diragukan. Track record hidup dan kemampuannya dalam berbagai bidang mengagumkan. Dia tokoh serba bisa; ada kalanya tampil dengan warna muslim tradisional, senang dengan ziarah kubur, hafal syair-syair keagamaan klasik, musik klasik dan menyukai komunikasi silaturahim. Kali lain dia tampil sebagai budayawan yang mumpuni, kritikus yang berani dan ulama modern yang kaya dengan gagasan pembaruan. Ia mengambil peranan aktif di tengah komunitas elit bahkan internasional dengan penuh percaya diri. Penguasaan bahasa Inggrisnya, menurut Dr Fachry Aly sangat bagus. Dan penguasaan bahasa Arabnya jauh lebih bagus ketimbang orang Arab sendiri. Maklum dia lama kuliah jurusan sastra Arab di Universitas al-Azhar Kairo dan Universitas Baghdad.
Banyak peran fenomenal yang mampu ia torehkan selama hidup, baik di masa jabatan presiden yang singkat, sebelum dan sesudahnya. Meninggalnya Gus Dur adalah kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.  Tepat saja jika ia disebut guru bangsa dan tak berlebihan jika banyak yang mengusulkan Gus Dur dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, sama seperti kakeknya KH Hasyim Asy’ari dan ayahnya Abdul Wahid Hasyim.
Pengamat J Kristiadi menekankan pentingnya disusun ensiklopedi khusus yang memuat pemikiran Gus Dur dalam berbagai aspek; ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dan sebagainya. Ide ini bagus karena memang banyak khazanah pemikiran Gus Dur yang pernah ia cetuskan selama hidup. Jauh sebelum menjadi Ketua PB-NU, presiden dan kemudian Ketua Dewan Syuro PKB, Gus Dur seorang tokoh pemikir dan aktivis. Saat belum mengalami masalah penglihatan, Gus Dur penulis produktif, tulisannya tersebar di sejumlah buku dan media bergengsi seperti Kompas, Tempo, dan Jurnal. Tulisan Gus Dur sangat ditunggu dan digemari pembaca. Jam terbangnya selalu padat untuk mengisi berbagai diskusi dan seminar, dalam dan luar negeri. Di usia 40-50-an, Gus Dur sangat fasih bicara, cepat, tegas dan tentu humoris. Berbeda saat usianya sudah senja dengan fisik yang makin terbatas.
Pemikir sekaligus tokoh
Kelebihan Gus Dur, ia pemikir sekaligus tokoh, karena berusaha mengaplikasikan pemikirannya dalam tindakan nyata. Kalau pemikir mungkin sekadar rajin menulis dan melempar gagasan dari balik meja. Tapi sebagai tokoh, Gus Dur terjun langsung ke tengah masyarakat dan berinteraksi dengan banyak segmen, baik yang pro maupun kontra dengannya. Di sinilah kadang ia mengalami benturan dan friksi dengan kalangan yang tidak sependapat dan sehaluan. Tetapi Gus Dur selalu siap menanggung risiko atas pendiriannya.
Gus Dur sering dianggap tokoh nyleneh dan kontroversial. Hal itu sebenarnya wajar adanya. Jaya Suprana mengatakan, sesuatu yang baru dan belum dipahami banyak orang pastilah mengandung kontroversi. Menurut Ketua Muhammadiyah Din Syamsuddin, kontroversialisme Gus Dur justru bermanfaat karena memperluas wawasan bangsa Indonesia. Manusia langka macam Gus Dur justru banyak membawa pencerahan, terutama di ranah demokrasi.
Kontroversi Gus Dur disebabkan banyak faktor, di antaranya karena ia lebih mementingkan substansi ketimbang formalitas kulit, dan berupaya melihat jauh ke depan. Saat orang baru menengok hari kemarin dan harini, Gus Dur sudah berusaha meneropong puluhan tahun ke depan.
Gus Dur menolak formalitas syariat, karena ia beranggapan agama sudah harus menjadi etos kerja dan nilai moral yang menjiwai dan menggerakkan kehidupan masyarakat. Dengan jiwa agama orang akan sadar untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk. Tanpa penjiwaan agama, syariat menjadi kaku, cuma berisi perintah dan larangan, dan ini tidak mencerahkan, sebab orang beragama hanya karena terpaksa, bukan karena kesadaran. Meski begitu ia tetap menghargai pejuang Islam ideologis, silakan saja, hanya ia minta dirinya tidak usah diajak-ajak.
Itu pula sebabnya PKB yang didirikan Gus Dur tidak berasaskan Islam. “Tidak penting bagi PKB berasaskan Islam, yang penting PKB adalah partai Islam. Banyak partai yang berasaskan Islam, tapi mereka main tipu, main curang dan tidak berakhlak islami. Islam hanya dibuat mereknya saja. Jadi parpol berdasarkan Islam tidak bisa dibuat jaminan. PKB tidak mementingkan merek, tetapi isinya”, begitu pendirian Gus Dur.  Pada bagian lain Gus Dur mengatakan: “Akhlak dan tauhid PKB adalah Islam. Daripada parpol yang berasaskan Islam tetapi tidak islami, maka lebih baik seperti PKB, asas bukan Islam tapi kelakuan dan tauhidnya orang Islam”.
 Dilihat dari sini spiritualitas politik yang ia bangun sudah bagus. Kalau terjadi bias dalam realpolitik, itu tentu soal lain. Untuk memperbaiki kehidupan negara bangsa Gus Dur menyadari perlunya partai politik. Dan ketika terjun di dunia politik pasti berkeringat, karena banyak persoalan dihadapi. Inilah yang membedakan Gus Dur dengan sebagian tokoh lain, ingin perubahan tapi tak mau berpolitik praktis.
Menghilangkan sekat
Rahmat Islam bagi Gus Dur bersifat universal. Dalam universalitas itu Islam harus mengayomi semua manusia dan golongan tanpa sekat agama, etnis, budaya, negara dan bangsa. Mungkin karena itu sehingga Gus Dur begitu gigih membela kalangan minoritas seperti Tionghoa dan nonmuslim, karena ia melihat semua harus diayomi. Gus Dur memang sangat antidiskriminasi.
Gus Dur melihat umat Islam Indonesia, khususnya warga Nahdliyin, masih lemah di bidang ekonomi. Di perdesaan dan perkotaan banyak yang dililit rentenir. Untuk itu ia menekankan perlunya kemitraan bank dengan masyarakat menengah – bawah. Gus Dur menolak jika jasa bank dianggap riba. Menurutnya, riba itu ada jika terjadi hubungan eksploitatif antara bank dengan nasabah, yang satu untung dan yang lain rugi. Jika terjadi simbiosis mutualis, bank untung dan masyarakat untung, itu bukan riba. Tetapi agar kemitraan bank-masyarakat benar-benar konstruktif, Gus Dur mengusulkan pentingnya pinjaman bank tanpa bunga atau hanya berbunga rendah. Dari sini sektor riil akan bergerak, ekonomi masyarakat lebih berdaya, sampai saatnya tidak ada lagi kesenjangan sosial. Kerusuhan sosial bagi Gus Dur lebih disebabkan kesenjangan dan miskomunikasi.
Di antara hal yang paling berkesan, penguasaannya akan tradisi keislaman klasik. Ketika ia dengan fasih melafalkan shalawat badar, syair Abu Nuwas, dll, hati kita terasa sejuk. Ketika ia dengan fasih mengucapkan kata-kata hikmah dari timur (Islam) atau dari Barat, kita merasa mendapatkan percerahan. Tulisan-tulisan dan ceramah Gus Dur terutama di masa relatif muda sangat rasional, argumentatif dan mengarah kepada kemajuan. Gus Dur yang tidak mementingkan diri sendiri, tidak mau berhitung untung rugi buat dia dan kariernya, menjadi nilai tambah ketokohannya. Rasa percaya diri dan keberaniannya yang besar juga patut diacungi jempol. Gus Dur tidak pendendam. Walau pernah ada gesekan, ia gampang akrab kembali. Dengan Pak Harto, Amien Rais, Mega, SBY, dll, ia tidak mengambil jarak. Ia mudah mengeritik dan terbuka pula terhadap kritik. Kalau berseberangan hanya dari segi ide, gerakan dan pemikiran. Gus Dur hanya melawan pemikiran, bukan memusuhi orangnya. Sifat Gus Dur ini mirip dengan founding fathers negeri ini. Seperti dalam proses perumusan dasar negara: Islam, Piagam Jakarta, Pancasila dan UUD 1945, mereka tak segan bersitegang urat leher, berdebat mempertahankan pendiriannya. Tapi dalam kehidupan keseharian mereka berteman akrab dan saling menolong dengan penuh ketulusan.
Kini Gus Dur telah tiada. Nabi Muhammad saw bersabda: uzkuru mahasina mautakum wa kuffu an masawihim (sebutlah kebaikan-kebaikan orang-orang yang meninggal di antara kamu, dan jangan kau sebut keburukannya). Banyak kebaikan yang Gus Dur lakukan dan sebagai manusia biasa tentu ada pula kekurangannya. Tugas generasi berikutnya meneruskan kebaikannya.
 Banyak doa, simpati, ucapan dukacita dan ziarah spontan dari berbagai elemen bangsa, lintas etnis dan agama, dalam dan luar negeri. Sampai detik akhir hidupnya ia all out mengurus masyarakatnya, tapi tak pernah merasa repot mengurus dirinya, penyakitnya, bahkan kematiannya pun dihadapi dengan tenang dan lapang. Semoga itu semua jadi indikator Gus Dur wafat dalam husnul khatimah. Amin.

(Pemerhati sosial keagamaan, tinggal di Banjarmasin, Ar. Jl. Jenderal Ahmad Yani km 4,5 RT 30 RW 10 No. 37 Pekapuran Raya, Telp. (0511) 3251177 – 0813 51145826, e-mail: barjie_b@yahoo.com).


Baca selengkapnya ...Selamat Datang di Blog Saya...: Januari 2011

Aktif Berdakwah di Akhir Hayat


Aktif Berdakwah di Akhir Hayat
(Mengenang Drs. H. Darliansyah Hasdi, MAg)

Oleh: Ahmad Barjie B

Ahad, 26 Desember 2010 Darliansyah Hasdi (50) meninggal dunia karena sakit. Ratusan pelayat bertakziah ke rumah duka dan ikut shalat jenazah di Masjid Nurul Ikhlas Sungai Lulut Banjarmasin Timur, selanjutnya dimakamkan di Pematang Sungai Tabuk. Mengimami salat jenazah Prof Dr HM Yuseran Salman, Lc dan sebelumnya disampaikan sambutan mewakili keluarga almarhum dan keluarga besar IAIN Antasari Prof Dr Ahmad Fauzi Aseri, MA.
Cukup banyak akademisi IAIN Antasari Banjarmasin berpulang dalam beberapa tahun terakhir. Sekadar menyebut nama di antara mereka adalah Drs. H. Mugeni Hasar, MAg, Drs H Isa Anshari Az, MAg, Drs. HM Abdurrahim Yasin, Lc, Prof Dr H Alfani Daud, Prof Drs HM Asywadie Syukur, Lc, Prof Dr. HM Gazali, MAg, Drs. HM. Jumberi Muhammad, Lc, MA, Drs. H Murdian Hasyim, Drs H. Murjani, MAg, Drs, HM Zaini dan masih banyak lagi.
Banyak di antaranya meninggal dalam usia relatif muda. Sebutlah misalnya M Gazali (49), Mugeni Hasar (54), Isa Anshari (54), dan terakhir Darliansyah (50). Hanya sebagian yang meninggal setelah habis masa bakti. Ini penting menjadi renungan dan catatan kita bersama.
Menurut  Human Development Index (HDI), usia harapan hidup (life expectancy) orang Indonesia saat ni (2010) sudah cukup tinggi, yaitu 68,6 tahun. Berarti terjadi peningkatan signifikan dibanding tahun 1995, yaitu 64,5 tahun bagi pria dan 65 tahun wanita. Memang kalau dibanding dengan orang Tionghoa, Jepang dan beberapa negara Barat, usia harapan hidup kita masih relatif rendah. Ini wajar saja, karena kalau mengacu predikasi Nabi saw, usia umatnya hanya berkisar 60-70 tahun. Kalau ada di atas itu hanya bonus dan pengecualian.
Dalam hidup ini yang penting sebenarnya bukan seberapa tinggi usia harapan hidup kita. Karena berapa pun jatah usia, kita tidak pernah tahu. Itu sepenuhnya hak prerogative Allah swt menentukannya. Yang bisa kita lakukan hanya  manjaga kesehatan, berdoa panjang umur dan menghindari hal-hal yang dapat memperpendek usia seperti miras, narkoba dan hidup membujang. Tetapi kematian dapat datang dari berbagai pintu, termasuk kecelakaan lalu lintas saat ini dominan sebagai pencabut nyawa instan.
Lebih penting tentunya bagaimana mengisi hidup agar bermakna. Ada hadits mengatakan sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebaikannya. Sejahat-jahat manusia, panjang umurnya dan banyak keburukannya. Kalau umur kita pendek, tapi kebaikannya banyak, berarti juga termasuk kategori pertama. Ukuran baiknya kehidupan itu tentu menurut agama, yaitu beriman dan bertakwa serta bermanfaat bagi sesama manusia.
Konsen berdakwah
Uzkuru mahasina mautakum wa kuffu an masawihim (ingat-ingatlah kebaikan orang yang meninggal di antara kamu, dan jangan kau ingat/sebut keburukannya), demikian pesan Nabi saw.
 Ada banyak kebaikan yang telah ditorehkan oleh almarhum Darliansyah Hasdi selama hidupnya. Ketika saya masuk kuliah di IAIN Antasari, Darli (begitu biasa dipanggail) sudah hampir sarjana. Dia banyak berperan mentraining mental mahasiwa baru melalui Pekan Orientasi Mahasiswa (POM). Di antara keahliannya saat itu adalah merangkai kata sehingga banyak mahasiswa menangis dan pingsan, terutama saat bai’at di akhir kegiatan. Sebelum ramainya ESQ, Darli sudah lebih dahulu mempraktikkannya.
Hal sama juga dilakukannya ketika memberikan bekal kepemimpinan dan kemahasiswaan pada forum Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) HMI. Sebelum aktif di PMII saya sempat juga menggali pengalaman di HMI.
Setelah Darli menjadi karyawan dan dosen, ia tetap terbuka dan bergaul dengan siapa saja. Kalau ketemu, hampir selalu bersalaman, dan saling menanyakan kabar. Ketika pertama kali masuk TV, saya bertanya, apakah Pak Darli sudah banting setir dari dosen ke juru dakwah. Sambil guyon dia balik bertanya kepada saya, apakah tidak salah lihat. Saya yakin karena kemudian semakin sering dia tampil berdakwah, di berbagai masjid, mushalla dan pengajian, dan banyak juga yang diliput oleh media massa cetak dan elektronik.
Di antara kelebihan Darli dalam berdakwah, dia komunikatif, humoris, tapi tegas dalam hal hukum. Mungkin karena dia alumni dan mengajar di Fakultas Syariah IAIN Antasari, maka pendekatan dakwahnya lebih normatif, dengan acuan utama Alquran dan hadist. Menurut Rektor IAIN Antasari Ahmad Fauzi Aseri dalam sambutan shalat jenazah, Darli adalah dosen mata kuliah hadis, dan di IAIN Antasari dosen yang ahli di bidang ini cukup langka.
Akhir hayat
Pilihan hidup yang saya kagumi dari Darli ialah keaktifannya berdakwah dalam tahun-tahun sebelum meininggal. Apakah hal itu didorong ilmu agama yang dimiliki, permintaan masyarakat atau karena sudah merasakan sakit, yang jelas Darli cukup all out berdakwah.
Bagi kita, terutama PNS, akademisi, intelektual dan pejabat, bukanlah hal mudah untuk terjun ke dunia dakwah. Meski memiliki ilmu agama yang patut disampaikan, tidak sedikit orang memilih dunia lain yang relatif berbeda dan agak jauh hubungannya dengan dakwah.
Saat ini adalah dunia materi, proyek, kedudukan, status, prestise dan prestasi. Banyak orang tergoda untuk mengejarnya secara gigih. Kadang dengan melupakan bahwa dia alumni perguruan tinggi agama. Akhirnya jadilah sebagai PNS karier, yang hampir tidak sempat lagi mengabdikan diri untuk masyarakat.  Orang tidak tahu lagi kalau kita pernah sekolah agama, bahkan sarjana agama. Kita menjadi sama dengan orang umum (awam).
Daya tarik demikian, sering melenakan kita, sehingga tidak terasa usia kita sudah hampir berkepala 4, 5, 6 bahkan lebih. Kesadaran kita terkadang datang terlambat. Ketika kita mau aktif dalam urusan agama, dakwah, masyarakat sudah melupakan kita, atau fisik kita mulai tidak mendukung. Kesibukan keluarga dan pekerjaan juga tiada habis-habisnya.
Karena itu dalam rangka otokritik dan tawashau bil haq, kita pesankan kepada siapa saja, mari gunakan usia secara bermanfaat, terutama untuk agama dan masyarakat. Ketika kita perjuangkan agama sesuai kemampuan, dunia kadang ikut menyertai. Kalaupun dunia tak dapat, masih ada akhirat di mana tabungan dunia akan dipetik. Kebijakan pemerintah yang menjadikan ekonomi PNS semakin mapan saat ini, justru menjadi peluang seluas-luasnya untuk banyak berdakwah dan mengabdi masyarakat, terutama secara sukarela dan non profit. Ilmu yang dimiliki hendaknya ditransformasikan secara optimal, tidak saja kepada mahasiwa tapi juga masyarakat. Diundang atau tidak dakwah dan pengabdian seharusnya jalan terus.
Semoga kita dapat menirut perikehidupan Darliansyah Hasdi, yang meninggal di usia muda, tapi dapat mengukir hidup yang berkesan dan bermakna. Semoga Darliansyah dan kita semua hidup dalam ridha Allah dan kembali kepadaNya dalam keadaan hunul khatimah. Semoga keluarganya sabar dan tabah. Amin. 
   

Pengamat sosial keagamaan, tinggal di Banjarmasin 
Baca selengkapnya ...Selamat Datang di Blog Saya...: Januari 2011

Habis Gelap Terbit Terang

Habis Gelap Terbit Terang
(Harapan Terpilihnya Dahlan Iskan Sebagai Dirut PLN)

Oleh: Ahmad Barjie B

Terpilihnya Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama PLN yang baru cukup mengejutkan banyak pihak. Sebab selama ini yang bersangkutan lebih dikenal sebagai Chairman/CEO Jawa Pos Group, dan dalam buku “Seratus Orang Indonesia Paling Berpengaruh” (Zaenal Ali, 2008: 79) dijuluki sebagai Raja Koran dari Jawa Timur. Tokoh ini juga bukan dari jajaran internal manajemen PLN.  
Banyak harapan tertuju kepada pria kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 yang memulai kariernya dari Samarinda Kaltim. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi sangat berharap masuknya Dahlan ke dalam manajemen PLN dapat mereformasi manajemen BUMN yang bergerak di bidang kelistrikan ini. Saat ini sulit mencari orang yang tepat dan mampu memimpin PLN sesuai harapan publik. Sofyan melihat sejak zaman Orde Baru, PLN tidak begitu bersih, ada borok KKN di sana. Masuknya Dahlan Iskan yang bersih dan tidak ingin mencari kekayaan karena sudah kaya, diharapkan pula mampu mewujudkan PLN yang bersih, sehat dan efisien.
Hal sama disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia  (HIPMI) Erwin Aksa. Menurutnya, saat ini Cina yang merupakan raksasa ekonomi Asia sangat mampu mengatasi persoalan energi dalam negeri, padahal negeri itu sangat luas, penduduknya padat dan kebutuhan akan listrik sangat besar karena dipenuhi berbagai industri rumah tangga, kecil, menegah dan besar. Memasuki 2010 dan dalam rangka ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA) atau era perdagangan bebas ASEAN-Cina, Indonesia harus mampu menyediakan energi listrik. Tanpa itu kita pasti ketinggalan. Dahlan diharapkan mampu membantu percepatan pembangunan nasional melalui ketersediaan energi listrik yang berkelanjutan dan murah.
Harapan rakyat
Harapan para pengusaha tentu sejalan dengan harapan pada umumnya masyarakat. Sebab energi listrik saat ini sudah merupakan kebutuhan primer hampir semua elemen masyarakat Indonesia. Tak hanya kalangan pengusaha, masyarakat kecil pun sangat berkepentingan.
Kita tidak bisa lagi menoleh ke belakang lalu bernostalgia dengan masa lalu. Saat itu kita begitu bahagia menjalani hidup tanpa lampu penerang listrik (cukup lampu minyak), tanpa televisi (cukup radio baterai), tanpa komputer (cukup mesin tik manual), tanpa kipas angin dan AC (cukup angin alam atau maksimal kipas rontan), tanpa charge HP, tanpa lemari es, rice cooker, mixer, blender dan sebagainya (cukup dapur kayu bakar dan minyak tanah) dan seterusnya.
Hidup kita sekarang sudah jauh berbeda. Sedikit beraktivitas kita sudah butuh energi listrik. Untuk keperluan istirahat malam hari saja kita sudah kalang kabut jika listrik byar pet. Untuk acara sosial keagamaan terasa hambar tanpa listrik. Tak semua orang mampu beli genset. Belum lagi untuk keperluan kerja dan berproduksi, hampir semuanya terkait dengan listrik. Intinya listrik sudah menjadi kebutuhan primer dan total yang tak bisa ditawar. Semoga harapan di atas dapat diwujudkan oleh Dahlan Iskan.
Tetapi ada beberapa hal yang terasa mengkhawatirkan. Pertama, Dahlan Iskan pernah sakit keras, hati beliau pernah berganti, suatu hal yang tentu langka dan jarang penderita serupa bisa panjang umur. Dengan sehatnya Pak Dahlan sekarang tentu kita semua berdoa, kesehatan itu bisa lestari, sehingga Dahlan dapat mengabdi lama dan full di PLN. Semua rakyat Indonesia yang berkepentingan terhadap energi listrik perlu memanjatkan doa. Kesembuhan Pak Dahlan dulu merupakan suatu keajaiban, boleh jadi ada rahasia Allah karena Dahlan akan duduk di top level management PLN dan mengabdi untuk kepentingan orang banyak.
Dalam posisinya sebagai Chairman Jawa Pos Group yang membawahi 151 unit usaha media, televisi, percetakan dan pabrik kertas, Dahlan memang sudah mengabdikan dirinya untuk publik. Tetapi dengan posisi baru sebagai Dirut PLN, maka ia langsung bersentuhan dengan jantung kebutuhan seluruh publik. Jadi posisinya lebih penting, eskalatif dan mulia.
Kedua, kabarnya sempat ada penolakan dan demo dari beberapa karyawan PLN. Ini tentu mengkhawatirkan, sebab berhasil tidaknya reformasi dan renovasi di tubuh PLN sangat ditentukan oleh kalangan internal. Kita berharap internal PLN bisa bersangka baik, welcome dan bekerjasama dengan pimpinan baru. Bersama para direktur dan segenap karyawan semua lini hendaknya bersatu padu menjadikan PLN benar-benar mampu melayani masyarakat. Sepintar dan sekuat apa pun motif Pak Dahlan, tetap akan terhambat jika kalangan internal kurang mendukung.
Banyak sekali keluhan kita dalam masalah ini. Biaya bulanan listrik cenderung mahal dan melahirkan ekonomi biaya tinggi. Biaya pasang listrik baru sangat mahal dan hal itu dikhawatirkan bukan dari kebijakan di sektor hulu. Daya listrik yang masuk ke rumah-rumah pun relatif kecil, sehingga ada peralatan seperti komputer yang tidak bisa dihidupkan. Perlu perbanyakan travo, tiang, peremajaan jaringan, kabel dll.
 Masyarakat pengguna listrik pun mestinya tidak sekadar berharap. Harus ada dukungan konkret, misalnya dengan menghemat pemakaian dan menghindari pencurian listrik dalam berbagai bentuknya.  
Dukungan daerah
Meskipun PLN merupakan BUMN yang bersifat sentralistik, dukungan daerah juga sangat penting. Mengapa selama ini kebutuhan listrik di daerah terhambat, seringkali karena pemerintah daerah beralasan listrik adalah tanggung jawab pusat. Alasan ini masuk akal jika dilihat keberadaan PLN sebagai BUMN Pusat. Tetapi tidak masuk bila dikaitkan dengan otonomi daerah, di mana daerah semestinya mampu membenahi berbagai usaha yang bergerak di daerah dan memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah.
Pakar ekonomi manajemen, Tanri Abeng dalam pertemuan tokoh yang digelar PII Kalsel di Hotel Rattan Inn Banjarmasin beberapa waktu lalu mengatakan, negara maju hanyalah negara yang mampu memenuhi kebutuhan rakyat di bidang energi, dengan prinsip ketercukupan (sufficiency) dan keterlayanan (accessiblity) listrik secara murah dan berkelanjutan (suistainable). Tidak  ada negara dan daerah bisa maju tanpa dukungan infrastruktur, seperti jalan, apalagi listrik. Ketidakmampuan pemerintah pusat dan daerah memenuhi kebutuhan listrik selama ini jauh lebih besar kerugiannya, karena rakyat dan dunia usaha terpaksa harus membeli sumber energi alternatif yang lebih mahal.
Pemerintah  daerah ke depan hendaknya lebih aktif, progresif dan berani. Anggaran besar hendaknya juga dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Jika diperlukan APBD pun tidak mengapa sebagian dialokasikan untuk listrik. Pemerintah pusat, khususnya Menteri Dalam Negeri hendaknya tidak melarang sekiranya ada anggaran yang digunakan untuk pemenuhan listrik di daerah, mengingat kebutuhan listrik daerah sangat vital.
Saat ini menjelang musim pilkada di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten. Para kandidat kepala daerah yang akan datang hendaknya tidak lagi melempar masalah listrik ke pusat, tetapi harus mampu menjadikannya sebagai salah satu masalah krusial di daerah. Masyarakat perlu menguji para kandidat bagaimana visi, misi dan programnya mengatasi masalah listrik di daerah.  Sebagai daerah penghasil batubara terbesar misalnya, kita merasa aneh ketika listrik di daerah tidak lancar. Jika para calon kepala daerah tidak punya tanggung jawab dan program yang jelas dalam masalah kelistrikan, barangkali dukungan kita perlu dikaji ulang. Intinya di pusat kita berharap banyak pada kemampuan Dahlan Iskan dan jajarannya, di daerah kita berharap pada kerjasama dan dukungan para kepala daerah.
Bagaimana pun caranya yang jelas kita ingin, nuansa kegelapan yang sering dirasakan selama ini dapat berubah menjadi terang benderang. Kita ingin berusaha dengan lancar, tidur dengan tenang dan terhindar dari berbagai musibah kebakaran, kerusakan peralatan, bahkan kecurian karena listrik byar pet. Selamat untuk Pak Dahlan Iskan dan segenap jajaran PLN. Semoga ada semangat dan terobosan baru. Rakyat menunggu perubahan performa dan pelayanan PLN yang lebih baik.   

Baca selengkapnya ...Selamat Datang di Blog Saya...: Januari 2011