Minggu, 22 Mei 2011

Adu Domba di Area Bulan Sabit

Adu Domba di Area Bulan Sabit
Oleh: Ahmad Barjie B
      Takbir Allahu Akbar adalah kalimat yang bernilai tinggi dan banyak pahalanya di sisi Allah swt, selain kalimah thayyibah lainnya seperti tahlil, tasbih dan tahmid. Kalimat takbir juga dapat dijadikan pemompa semangat perjuangan melawan musuh. Ketika Arek-arek Suroboyo berjibaku melawan tentara Sekutu November 1945, kalimat ini pula yang diteriakkan menggelegar oleh Bung Tomo. Heroisme pejuang bangkit dan berhasil membuat musuh kewalahan.
      Hal sama dilakukan para pahlawan dan pejuang dalam Perang Makassar, Banten, Padri, Diponegoro, Banjar dan banyak lagi. Saat Perang Banjar berkecamuk melawan Belanda (1859-1905) dipimpin Pangeran Antasari dan pengikutnya, ada pasukan khusus bernama Baratib Baramal yang selain berjuang fisik juga aktif berzikir, salah satunya melafalkan takbir secara massal.
      Saat ini kalimat takbir juga marak diucapkan di beberapa negara Timur Tengah seperti Libya. Ketika pasukan oposisi (pemberontak) berhasil melumpuhkan pasukan pro Khadafi, kalimat Allahu Akbar selalu mereka teriakkan. Sebaliknya ketika tentara Khadafi berhasil memukul mundur pemberontak, juga takbir mereka ucapkan. Saat nama Allah diucapkan dalam perang oleh kelompok yang sama-sama muslim, hanya karena perbedaan kepentingan politik, tentu sangat menyedihkan. Israel yang menjadi musuh lama bersama justru tak diutak-atik. Muslimin dunia miris, bingung dan kecewa.
      Lebih menyedihkan perang saudara karena diadudomba pihak luar, yaitu Koalisi, NATO dan Uni Eropa. Pihak ini sangat kentara merendahkan dan memecah belah kedaulatan Libya. Selain menyerang Tripoli dan basis-basis militer Khadafi, juga membantu pemberontak dengan pelatih, peralatan militer dan logistik. Melihat Khadafi tak kunjung menyerah, serangan diarahkan kepada keluarga Khadafi, anak dan cucunya sudah tewas dan Khadafi sendiri dikabarkan luka. Kurangnya reaksi dunia membuat larangan terbang yang dimandatkan PBB sudah jauh terlampaui. Karena sejak berkuasa (1969) Khadafi anti Barat, Koalisi/NATO sangat berambisi Khadafi jatuh.
      Kurang lebih sama terjadi di Yaman, Suriah, Bahrain, Kurdi, dan terdahulu Irak, Afghanistan dan Pakistan. Takbir sama-sama diucapkan oleh pihak yang menyerang dan diserang. Membunuh dan terbunuh seperti menjadi peristiwa rutin sehari-hari. Dunia Islam yang notabene area bulan sabit subur (the fertile crescent) benar-benar menyedihkan, berdarah-darah, terpecah belah karena gampang diadudomba asing yang tidak ingin melihat umat dan Dunia Islam bersatu.
      Menengok sejarah
      Kondisi dunia Islam kontemporer yang marak perang saudara, mengingatkan kita ke zaman akhir Khulafa al-Rasyidun, saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah (655-661 M). Saat itu terjadi perang saudara besar di tubuh umat Islam, antara pengikut Ali versus pasukan Aisyah (Perang Jamal), pasukan Ali versus Muawiyah (Perang Shiffin), dan antara pasukan Ali dengan golongan Khawarij. Perang Jamal dapat dituntaskan dan para pihak berhasil berdamai,  tetapi dua lainnya tetap menimbulkan permusuhan berlarut-larut dan banyak sekali memakan korban.
      Melihat puluhan ribu tentara muslim tewas, Sayyidina Ali terharu sedih. Beliau rawat jenazah itu satu persatu, baik tentara yang berjuang di pihaknya maupun kubu musuh, semua sama dishalatkan dan diperlakukan sebagai muslim. Kepada pihak Muawiyah Ali mengatakan, mereka sengaja salah, sehingga rela berperang karena nafsu kekuasaan dan fanatisme kesukuan. Kepada golongan Khawarij Ali mengatakan, mereka tersalah, karena tidak memahami agama secara benar, sehingga menyalahkan dan mengkafirkan golongan yang berbeda.
        Satu dari benang merahnya, Perang Shiffin dan Jamal, hakikatnya juga karena adu domba. Abdullah bin Shaba, tokoh Yahudi yang pura-pura masuk Islam, sejak era Khalifah Utsman bin Affan aktif menebar fitnah dan politik adu domba di sana sini. Akhirnya umat Islam terkecoh, terpancing emosinya, dan tanpa sadar berperang sesamanya. Inilah bahaya fitnah yang lebih kejam daripada pembunuhan. Umat Islam mundur puluhan tahun ke era pra Islam, saat gemar berperang antarsuku dan kabilah.
      Umat Islam yang sempat maju kembali mundur ketika jatuhnya Kota Baghdad, ibukota Dinasti Abbasiyah (1258 M). Seorang elit istana yang keburu ingin berkuasa, berkhianat dan berkoalisi dengan Tentara Mongol Tartar. Akibatnya tentara Tartar dengan mudah membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya dan menghancurkan kota Baghdad dengan segala perbendaharaan peradabannya yang gemilang.
      Berhasilkah sang pengkhianat dengan impiannya? Tentu saja tidak. Tentara Tartar cukup cerdik, menurut mereka orang itu rela berkhianat kepada agama dan bangsanya, apalagi dengan Tartar nanti. Akhirnya si pengkhianat juga dilecehkan dan dibunuh secara hina.
      Saddam Hussein dulu Sekutu AS saat berperang dengan Iran. Bahkan Osama bin Laden juga teman koalisi AS kala melawan Uni Soviet di Afghanistan. Giliran mereka tak dibutuhkan lagi, AS tak segan memusuhi dan menghabisi mereka. Tampak tak ada teman abadi.
      Banyak pelajaran
        Seharusnya umat Islam tidak mau diadudomba oleh siapa pun. Apalagi oleh pihak barat yang sepertinya masih memiliki darah imperialisme-kolonialisme yang dulu sukses menguasai negeri-negeri Islam dengan politik devide et impera. Di mata Amien Rais, AS yang kini menjadi polisi dunia, juga seperti imperialis kesiangan.
      Dunia Islam mesti waspada, jangan menjadi korban adu domba. Mereka mendukung dan membantu umat Islam yang sehaluan dengannya dan memujinya dengan istilah moderen, moderat dan inklusif. Sebaliknya memusuhi muslim yang berlawanan, yang dicap fundamentalis dan radikalis. Umat Islam hakikatnya satu saja, dari awal sudah toleran dan moderat. Teroris dan radikalis muncul karena ada pemicu, dan itu hanya kasuistik, bukan stereotip.
      Agar umat Islam tidak terpecah belah, harus berpegang kuat pada agamanya dan  menjalin silaturahim sesama, tanpa membedakan suku bangsa, budaya dan agama. Silaturahim Islam lintas agama, ras, etnis dan budaya. Kalau umat kuat dan tak mau diadudomba, dunia Islam dan Indonesia ini akan besar dan kuat. NKRI dan bhinneka tunggal ika terjaga. Takkan ada yang diserang dan dilecehkan. Predator hanya memangsa domba yang terpisah dari kawanannya.   
Warga Nahdliyin tinggal di Banjarmasin.
Baca selengkapnya ...Selamat Datang di Blog Saya...: Mei 2011

Kontroversi Kematian Osama


Kontroversi Kematian Osama
Oleh: Ahmad Barjie B

Osama bin Laden sudah tewas. Tetapi sepeninggalnya, masih banyak misteri, kontroversi, tanda tanya dan masalah yang menyelimuti publik dunia. Persoalan terorisme tidak makin sederhana tapi bertambah kompleks.
Tewasnya Bin Laden di Abbottabad  Pakistan, mengundang pertanyaan, mengapa Osama tidak didampingi pengawal yang kuat karena dia seorang tokoh besar dan pemimpin puncak al-Qaeda. Hal ini agak lebih mudah dijawab, mungkin itu disengaja agar tidak mencolok. Osama berkomunikasi tidak pakai telepon, tetapi sebatas kurir yang tak lebih merupakan sarana komunikasi tradisional. Dengan begitu AS sulit mendeteksi dan butuh waktu lama untuk mengendus keberadaannya.
Tidak adanya pengawal yang berarti memudahkan tentara AS melumpuhkan Osama. Tetapi Sydney Jones pengamat terorisme asal Australia, menyayangkan tentara AS yang keburu membunuh Osama. Padahal menurutnya sangat bijak kalau Osama hanya ditangkap hidup lalu diadili. Hal itu bermanfaat bagi AS untuk mengurai jaringan terorisme. Juga lebih bermartabat dalam perspektif kemanusiaan.
Dilema Pakistan
Tewasnya Osama di Pakistan menimbulkan persoalan baru. Pakistan mengaku hal itu benar-benar di luar pengetahuan. Tetapi AS tidak percaya begitu saja. Ada kecurigaan AS bahwa itu memang disengaja. Pakistan hanya pura-pura bekerjasama dengan AS dalam memerangi terorisme, karena ingin memperoleh bantuan dana yang cukup besar setiap tahunnya. Tetapi di balik itu bermain mata.
Memang bagi Pakistan terorisme sangat dilematis. Satu sisi pemerintah Pakistan memiliki komitmen bersama AS memerangi terorisme. Tetapi di sisi lain, banyak rakyat Pakistan yang anti AS dan bersimpati terhadap perjuangan Osama beserta kelompoknya. Kedekatan itu sudah lama, sejak Afghanistan diduduki Uni Soviet 1979, di mana banyak pejuang dan penduduk Afghan lari dan berjuang dari Pakistan. Hingga kini simpati mereka tetap terjaga. Terbukti, di tengah ketakutan publik dunia untuk terang-terangan berrsimpati pada Osama, sebagian rakyat Pakistan justru melakukan demo besar mengutuk AS atas pembunuhan Osama.
Pakistan ke depan berdiri di dua persimpangan, ikut AS kembali seperti semula atau sebaliknya. Jika memilih opsi pertama, mungkin akan tetap dibantu AS, tetapi dengan tekanan yang makin keras. Risikonya,  penguasa Pakistan akan menjadi target serangan al-Qaeda.  Selama serangan terhadap pemerintah sudah amat sering. Konon meninggalnya Benazir Bhutto juga akibat serangan al-Qaeda, karena Bhutto akan berkoalisi dengan AS. Sebaliknya jika berseberangan dengan AS, Pakistan akan aman dari gangguan al-Qaeda, tapi justru akan berhadapan dengan AS sendiri. Bagi AS tidak ada persahabatan abadi. Mendiang Saddam Hussein dulunya sekutu AS saat berkonfrontasi dengan Iran, tapi kemudian justru diserang dan dihabisi. Bahkan Osama sendiri asalnya sekutu AS saat berperang dingin melawan Uni Soviet.
Hubungan  AS-Pakistan akan sering diwarnai ketegangan dan kecurigaan. Selama ini Pakistan sudah sering sakit hati oleh ulah AS yang karena alasan memerangi teroris al-Qaeda banyak mengorbankan warga sipil. Termasuk dalam penyergapan Osama, Pakistan merasa dilangkahi dan kedaulatannya dilanggar karena tidak diberi tahu sebelumnya oleh AS.
Terbunuhnya Osama di Pakistan membuat kesal presiden Afghanistan, Hamid Karzai. Negaranya sudah hancur-hancuran karena sering diserang AS/NATO untuk mencari Osama, yang amat banyak mengorbankan warga sipil. Tidak tahunya orang yang dicari ada di Pakistan.
Sebaliknya dengan India. Tewasnya Osama di Pakistan membuat India punya tambahan peluru untuk menyudutkan Pakistan dan mengambil simpati AS cs. Bahwa ternyata Pakistan tidak sungguh-sungguh membasmi teroris.
Umat terpecah
Kontroversi lainnya tentu tidak terlepas dari sikap AS yang buru-buru menguburkan jasad Osama di laut dan tidak mau memperlihatkannya ke publik. Hal ini berakibat ada yang meragukan yang tewas itu bukan Osama. Bahkan ada berita media bahwa Osama masih hidup.
Kita tak ragu yang tewas memang Osama. Sikap AS itu semata karena alasan politik ke depan agar kubur Osama tidak dikeramatkan pengikut dan simpatisannya. Mungkin juga karena tubuh Osama, khususnya bagian muka benar-benar hancur, jadi kurang layak dipertontonkan ke publik.
Manusia berasal dari tanah, maka harus kembali ke tanah. Allah swt saja menerima bumi ciptaanNya sebagai tempat pemakaman semua makhlukNya, siapa dan apapun dia. Jadi, seharusnya Osama tetap dimakamkan di tanah, sebab kalau AS meminta tentu ada saja yang mau menyediakan tanahnya sebagai makam Osama. Sekadar penolakan Arab Saudi tak bisa dijadikan alasan. Menurut para ulama, pemakaman di laut hanya dibolehkan syariat jika keadaan darurat, misalnya karena matinya di laut atau perjalanan kapal menuju daratan masih lama sehingga dikhawatirkan mayat membusuk.
Di tengah banyaknya kontroversi ini sayang sekali belum terlihat kemauan AS melakukan introspeksi dengan mengubah kebijakan luar negerinya yang agresif. AS tetap merasa benar dan ingin menang sendiri. Sepertinya peperangan melawan terorisme global terus akan dikobarkan. Sejumlah tokoh al-Qaeda pengganti Osama sudah dibuatkan daftar hitamnya untuk dihabisi.
Bibit-bibit terorisme seperti terus ditumbuhkan. Dalam konflik Palestina, AS hanya mendukung Fattah, sebaliknya anti Hamas yang dianggap teroris, padahal Hamas menang lewat Pemilu yang demokratis. Giliran keduanya bersatu guna mewujudkan Palestina merdeka, justru AS tidak menyambut baik. Jadi pendirian AS tidak jelas.
Di Libya NATO tak saja mengadu domba oposisi untuk menghantam Khadafi, tetapi sudah menyerang kediaman Khadafi sendiri. Putra dan cucunya sudah tewas, dan ada kemungkinan Khadafi juga akan jadi target serangan karena tidak kunjung dikalahkan. Semua sudah melampaui mandat PBB yang hanya memberlakukan larangan terbang bagi pesawat militer Libya. AS juga belum memberi kepastian kapan meninggalkan Irak dan Afghanistan.
Sepak terjang AS mengundang pro dan kontra. Umat Islam terbelah, saling tuduh dan curiga. Di Irak, Afghanistan, Pakistan dan Libya sesama muslim saling bunuh. Jika kebijakan mengadu domba, menginvasi dan memperkeruh negeri muslim terus terjadi, ke depan terorisme sulit dihilangkan. Hal ini tak hanya menyulitkan AS cs tapi juga merepotkan negera-negara lain yang diajak AS untuk menjadi sekutunya. Ketika kelompok anti AS tak dapat menyerang AS cs secara langsung, sasaran lain mereka pilih. Akhirnya terjadilah aksi teroris di luar arena perang yang mengorbankan warga sipil. Indonesia yang tergolong negeri damai juga terkena akibatnya.

Baca selengkapnya ...Selamat Datang di Blog Saya...: Mei 2011