Selasa, 11 Januari 2011

Habis Gelap Terbit Terang

Habis Gelap Terbit Terang
(Harapan Terpilihnya Dahlan Iskan Sebagai Dirut PLN)

Oleh: Ahmad Barjie B

Terpilihnya Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama PLN yang baru cukup mengejutkan banyak pihak. Sebab selama ini yang bersangkutan lebih dikenal sebagai Chairman/CEO Jawa Pos Group, dan dalam buku “Seratus Orang Indonesia Paling Berpengaruh” (Zaenal Ali, 2008: 79) dijuluki sebagai Raja Koran dari Jawa Timur. Tokoh ini juga bukan dari jajaran internal manajemen PLN.  
Banyak harapan tertuju kepada pria kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 yang memulai kariernya dari Samarinda Kaltim. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi sangat berharap masuknya Dahlan ke dalam manajemen PLN dapat mereformasi manajemen BUMN yang bergerak di bidang kelistrikan ini. Saat ini sulit mencari orang yang tepat dan mampu memimpin PLN sesuai harapan publik. Sofyan melihat sejak zaman Orde Baru, PLN tidak begitu bersih, ada borok KKN di sana. Masuknya Dahlan Iskan yang bersih dan tidak ingin mencari kekayaan karena sudah kaya, diharapkan pula mampu mewujudkan PLN yang bersih, sehat dan efisien.
Hal sama disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia  (HIPMI) Erwin Aksa. Menurutnya, saat ini Cina yang merupakan raksasa ekonomi Asia sangat mampu mengatasi persoalan energi dalam negeri, padahal negeri itu sangat luas, penduduknya padat dan kebutuhan akan listrik sangat besar karena dipenuhi berbagai industri rumah tangga, kecil, menegah dan besar. Memasuki 2010 dan dalam rangka ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA) atau era perdagangan bebas ASEAN-Cina, Indonesia harus mampu menyediakan energi listrik. Tanpa itu kita pasti ketinggalan. Dahlan diharapkan mampu membantu percepatan pembangunan nasional melalui ketersediaan energi listrik yang berkelanjutan dan murah.
Harapan rakyat
Harapan para pengusaha tentu sejalan dengan harapan pada umumnya masyarakat. Sebab energi listrik saat ini sudah merupakan kebutuhan primer hampir semua elemen masyarakat Indonesia. Tak hanya kalangan pengusaha, masyarakat kecil pun sangat berkepentingan.
Kita tidak bisa lagi menoleh ke belakang lalu bernostalgia dengan masa lalu. Saat itu kita begitu bahagia menjalani hidup tanpa lampu penerang listrik (cukup lampu minyak), tanpa televisi (cukup radio baterai), tanpa komputer (cukup mesin tik manual), tanpa kipas angin dan AC (cukup angin alam atau maksimal kipas rontan), tanpa charge HP, tanpa lemari es, rice cooker, mixer, blender dan sebagainya (cukup dapur kayu bakar dan minyak tanah) dan seterusnya.
Hidup kita sekarang sudah jauh berbeda. Sedikit beraktivitas kita sudah butuh energi listrik. Untuk keperluan istirahat malam hari saja kita sudah kalang kabut jika listrik byar pet. Untuk acara sosial keagamaan terasa hambar tanpa listrik. Tak semua orang mampu beli genset. Belum lagi untuk keperluan kerja dan berproduksi, hampir semuanya terkait dengan listrik. Intinya listrik sudah menjadi kebutuhan primer dan total yang tak bisa ditawar. Semoga harapan di atas dapat diwujudkan oleh Dahlan Iskan.
Tetapi ada beberapa hal yang terasa mengkhawatirkan. Pertama, Dahlan Iskan pernah sakit keras, hati beliau pernah berganti, suatu hal yang tentu langka dan jarang penderita serupa bisa panjang umur. Dengan sehatnya Pak Dahlan sekarang tentu kita semua berdoa, kesehatan itu bisa lestari, sehingga Dahlan dapat mengabdi lama dan full di PLN. Semua rakyat Indonesia yang berkepentingan terhadap energi listrik perlu memanjatkan doa. Kesembuhan Pak Dahlan dulu merupakan suatu keajaiban, boleh jadi ada rahasia Allah karena Dahlan akan duduk di top level management PLN dan mengabdi untuk kepentingan orang banyak.
Dalam posisinya sebagai Chairman Jawa Pos Group yang membawahi 151 unit usaha media, televisi, percetakan dan pabrik kertas, Dahlan memang sudah mengabdikan dirinya untuk publik. Tetapi dengan posisi baru sebagai Dirut PLN, maka ia langsung bersentuhan dengan jantung kebutuhan seluruh publik. Jadi posisinya lebih penting, eskalatif dan mulia.
Kedua, kabarnya sempat ada penolakan dan demo dari beberapa karyawan PLN. Ini tentu mengkhawatirkan, sebab berhasil tidaknya reformasi dan renovasi di tubuh PLN sangat ditentukan oleh kalangan internal. Kita berharap internal PLN bisa bersangka baik, welcome dan bekerjasama dengan pimpinan baru. Bersama para direktur dan segenap karyawan semua lini hendaknya bersatu padu menjadikan PLN benar-benar mampu melayani masyarakat. Sepintar dan sekuat apa pun motif Pak Dahlan, tetap akan terhambat jika kalangan internal kurang mendukung.
Banyak sekali keluhan kita dalam masalah ini. Biaya bulanan listrik cenderung mahal dan melahirkan ekonomi biaya tinggi. Biaya pasang listrik baru sangat mahal dan hal itu dikhawatirkan bukan dari kebijakan di sektor hulu. Daya listrik yang masuk ke rumah-rumah pun relatif kecil, sehingga ada peralatan seperti komputer yang tidak bisa dihidupkan. Perlu perbanyakan travo, tiang, peremajaan jaringan, kabel dll.
 Masyarakat pengguna listrik pun mestinya tidak sekadar berharap. Harus ada dukungan konkret, misalnya dengan menghemat pemakaian dan menghindari pencurian listrik dalam berbagai bentuknya.  
Dukungan daerah
Meskipun PLN merupakan BUMN yang bersifat sentralistik, dukungan daerah juga sangat penting. Mengapa selama ini kebutuhan listrik di daerah terhambat, seringkali karena pemerintah daerah beralasan listrik adalah tanggung jawab pusat. Alasan ini masuk akal jika dilihat keberadaan PLN sebagai BUMN Pusat. Tetapi tidak masuk bila dikaitkan dengan otonomi daerah, di mana daerah semestinya mampu membenahi berbagai usaha yang bergerak di daerah dan memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah.
Pakar ekonomi manajemen, Tanri Abeng dalam pertemuan tokoh yang digelar PII Kalsel di Hotel Rattan Inn Banjarmasin beberapa waktu lalu mengatakan, negara maju hanyalah negara yang mampu memenuhi kebutuhan rakyat di bidang energi, dengan prinsip ketercukupan (sufficiency) dan keterlayanan (accessiblity) listrik secara murah dan berkelanjutan (suistainable). Tidak  ada negara dan daerah bisa maju tanpa dukungan infrastruktur, seperti jalan, apalagi listrik. Ketidakmampuan pemerintah pusat dan daerah memenuhi kebutuhan listrik selama ini jauh lebih besar kerugiannya, karena rakyat dan dunia usaha terpaksa harus membeli sumber energi alternatif yang lebih mahal.
Pemerintah  daerah ke depan hendaknya lebih aktif, progresif dan berani. Anggaran besar hendaknya juga dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Jika diperlukan APBD pun tidak mengapa sebagian dialokasikan untuk listrik. Pemerintah pusat, khususnya Menteri Dalam Negeri hendaknya tidak melarang sekiranya ada anggaran yang digunakan untuk pemenuhan listrik di daerah, mengingat kebutuhan listrik daerah sangat vital.
Saat ini menjelang musim pilkada di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten. Para kandidat kepala daerah yang akan datang hendaknya tidak lagi melempar masalah listrik ke pusat, tetapi harus mampu menjadikannya sebagai salah satu masalah krusial di daerah. Masyarakat perlu menguji para kandidat bagaimana visi, misi dan programnya mengatasi masalah listrik di daerah.  Sebagai daerah penghasil batubara terbesar misalnya, kita merasa aneh ketika listrik di daerah tidak lancar. Jika para calon kepala daerah tidak punya tanggung jawab dan program yang jelas dalam masalah kelistrikan, barangkali dukungan kita perlu dikaji ulang. Intinya di pusat kita berharap banyak pada kemampuan Dahlan Iskan dan jajarannya, di daerah kita berharap pada kerjasama dan dukungan para kepala daerah.
Bagaimana pun caranya yang jelas kita ingin, nuansa kegelapan yang sering dirasakan selama ini dapat berubah menjadi terang benderang. Kita ingin berusaha dengan lancar, tidur dengan tenang dan terhindar dari berbagai musibah kebakaran, kerusakan peralatan, bahkan kecurian karena listrik byar pet. Selamat untuk Pak Dahlan Iskan dan segenap jajaran PLN. Semoga ada semangat dan terobosan baru. Rakyat menunggu perubahan performa dan pelayanan PLN yang lebih baik.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar