Muhammad SAW dikenal terpuji akhlaknya. Allah memujinya sebagai uswah
hasanah dan berkepribadian agung. Ketika para sahabat bertanya kepada
Aisyah, dijawab kepribadian beliau adalah Alquran.
Tidak terhitung keunggulan pribadi beliau. Tidak cukup even bulan maulid untuk mengkaji sejarah hidup beliau.
Sebelum
menjadi Rasul beliau terkenal jujur dan terpercaya, banyak orang
mempercayakan modalnya. Memasuki gerbang berumah tangga dengan Khadijah
beliau sangat menyintai dan dicintai istrinya. Jiwa raga dan harta
diserahkan Khadijah demi kesuksesan dakwah. Sepeninggal Khadijah, beliau
beristri lagi guna mengayomi perempuan. Kepada istri-istri beliau
sayang dan romantis. Aisyah dipanggil Humairah (pipi merah delima).
Kalau ingin bepergian jauh beliau undi siapa yang ikut, agar tidak ada
yang merasa dikesampingkan. Sekembalinya, beliau segera mendatangi
istri-istri dengan penuh perhatian dan kehangatan.
Sayang pada
istri tidak melalaikan ibadah. Tengah atau akhir malam selalu salat,
berzikir dan berdoa. Walau sudah ma’shum tetap proaktif beribadah
sebagai pertanda syukur, hingga bengkak lututnya. Malam sering berziarah
kubur, berdoa untuk keampunan dan keselamatan, karena beliau tahu apa
yang terjadi di alam kubur.
Kepada anak-anak sangat sayang,
tetapi tidak memanjakan. Fatimah yang tiap hari kecapean menumbuk
gandum, dengan malu pernah minta didatangkan pembantu. Nabi menolak
dengan halus seraya memberi amalan bacaan tasbih, tahmid dan takbir 33
kali, nilai pahalanya melebihi kekayaan langit dan bumi, yang belakangan
dibaca orang usai salat fardu.
Ketika ada kalangan elit
(bangsawan) minta dispensasi hukuman, beliau marah dan menegaskan,
andaikan Fatimah, putrinya mencuri tetap dipotong tangan. Kepada
cucu-cucu beliau juga sangat sayang. Hasan dan Husein bin Ali sering
dibelai dan dibiarkan bergelayutan di punggung saat salat. Tetapi beliau
tidak segan mencokok kerongkongan cucunya ketika memakan kurma yang
bukan haknya.
Kepada binatang beliau juga menyayangi. Ketika ada kucing tidur di selendangnya, beliau biarkan agar kucing tidak terganggu.
Tanggap dan Egaliter
Rasulullah
bersikap asah asih asuh. Umat dimotivasi agar senang membantu fakir
miskin dan anak yatim. Pengasuh dan pemberi makan anak yatim dijamin
berdekatan dengan Nabi di surga. Mengabaikan anak yatim dianggap
mendustakan agama. Suatu kali, di hari raya, dilihatnya seorang anak
menangis, berwajah kusut dan merana. Ternyata anak itu sudah yatim
piatu. Anak itu langsung dipungut, diberi makanan dan pakaian bagus dan
ditawari menjadi anak angkat. Zaid bin Harits seorang budak, dibebaskan
dan dijadikan anak angkat, dikawinkan dan dididik sampai menjadi
pahlawan.
Tugas dakwah diemban penuh konsisten. Ketika tekanan
sosial, fisik dan politik datang bertubi-tubi dan di sisi lain beliau
digoda harta, wanita dan kedudukan agar meninggalkan misi kerasulan,
beliau menyatakan: “Andaikan mereka mampu meletakkan matahari di tangan
kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah, niscaya
tidak akan kutinggalkan, sampai Allah memberi kemenangan atau aku
binasa karenanya”. Beliau tidak sakit hati dihina, tetapi cepat bereaksi
dan melindungi jika agama, umat atau perempuan dilecehkan.
Sejak
awal kerasulan hingga akhir hayatnya beliau suka sekali makan bersama.
Makanan sedikit didoakan agar cukup untuk orang banyak. Setiap yang
makan disuruh mengucapkan basmalah, doa dan hamdalah, agar makanan
mencukupi dan penuh berkah. Kalau mendapatkan hadiah makanan, benda atau
uang, beliau segera bagikan kepada yang sangat membutuhkan tanpa
melewati malam. Beliau juga balas hadiah-hadiah itu sesuai kemampuan.
Kepada warga disarankan saling memberi, misalnya makanan. Paling berhak
tetangga dekat, sebab mereka yang paling cepat mencium bau makanan
ketika dimasak. Memberi bukan didasarkan perasaan suka dan tidak suka.
Dan apa pun pemberian orang tidak boleh dicela.
Bentuk tubuh Nabi
indah memesona. Jalannya elok, tidak terlalu cepat atau lambat.
Bicaranya lembut, teratur dan berwibawa dan sesekali menyelipkan humor.
Beliau menyenangi siwak, harum-haruman dan baju polos tanpa warna-warni.
Semua sahabat senang merubung dan mendengar nasihatnya. Sekali orang
mendekat, yang semula antipati atau memusuhi pasti berbalik simpati.
Beliau
sangat peduli dan sensitif dan siap menderita. Saat paceklik lebih
dahulu mengencangkan ikat pinggang, prihatin dan menahan lapar. Umat
lebih diperhatikan dan diutamakan. Kalau menyuruh orang bekerja, beliau
turun lebih dahulu. Saat perang Khandaq, ikut menyingsingkan baju,
bekerja menggali parit untuk menahan musuh. Beliau punya jiwa
demokratis, walau ada wahyu, tetap sering bermusyawarah.
Visioner dan berwawasan
Toleransinya
sangat tinggi. Hubungan dengan kerabat yang belum muslim tetap baik.
Dengan orang Yahudi dan Nasrani berdiskusi. Dipersilakan masuk Masjid
Nabawi guna berdialog keagamaan. Orang-orang saleh dan tidak memusuhi
Islam dihormati, dianggap saudara muslim juga.
Para Rasul yang
dipercayai umat lain seperti Ibrahim, Musa dan Isa sangat dihormati,
karena semua Rasul bersaudara. Beliau mengirim surat dakwah kepada para
raja dan pembesar. Nabi senang mereka memahami kedudukan dan kebenaran
Islam, walau tidak masuk Islam. Nabi menekankan pada usaha dan ikhtiar,
hasilnya diserahkan kepada Allah, pemberi hidayah.
Visi jauh ke
depan dan tidak pendendam. Daktsur dan Suraqah yang hendak membunuhnya,
dimaafkan. Ketika Jibril menawarkan menghancurkan penduduk Thaib yang
menolak dakwah dan menyakiti badan beliau hingga luka-luka, Rasul malah
berdoa agar Allah memberi petunjuk karena mereka tidak mengerti. Beliau
berharap suatu saat bisa menerima kebenaran, karena Allah jugalah yang
membolak balik hati manusia.
Bila tidak, siapa tahu anak cucunya
yang diberi petunjuk. Optimisme Nabi ini terbukti kebenarannya, Islam
justru tumbuh subur di negeri-negeri yang semula memusuhi. Iran
(Persia) yang dulu rajanya sangat memusuhi Nabi sekarang justru jadi
basis Islam. Byzantium (Romawi) yang dulu sering memerangi muslim era
Nabi sahabat, juga menjadi tempat yang subur bagi perkembangan Islam.
Sekarang
banyak pemimpin mengalami krisis akhlak dan kepribadian, hingga rakyat
bingung mencari tokoh idola dan identifikasi. Mari kita jadikan
kepribadian Rasulullah sebagai rujukan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar