Abah Anom
Abah Anom dan Rehabilitasi Pecandu Narkoba
Oleh: Ahmad Barjie B
Tidak banyak media di Kalsel yang memberitakan meninggalnya Abah Anom pada 5 September 2011 lalu. Padahal hampir semua media nasional dan media online mempublikasikan hal tersebut.
Sebenarnya beliau salah seorang ulama dan tokoh nasional yang memiliki nama dan jasa besar, tak hanya dikenal luas di Jawa Barat, tetapi juga nasional dan mancanegara.
Nama lengkap Abah Anom adalah Hadratus Syekh KH Shohibul Wafa Tajul Arifin. Beliau lahir 1 Januari 1915, putra pasangan Syekh Abdullah bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) dan Hj Juhriyah. Abah Anom meninggal setelah 55 tahun lamanya memimpin Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa barat yang didirikan oleh ayahnya.
Abah Anom sangat dekat dengan para pejabat negara, di pusat maupun daerah. Semua presiden RI, dari Soekarno hingga SBY dekat dan pernah berkunjung ke rumahnya. Dia dikenal pula sebagai mentor spiritual para pejabat. Tokoh yang ingin menjadi pejabat, sudah menjabat maupun menjadi mantan suka sekali mengunjunginya, karena dari nasihat Abah Anom mereka beroleh kekuatan spiritual untuk menyikapi dan menjalani hidup dan karier.
Kedekatan itu tidak menjadikan agamanya luntur, malah semakin kuat. Penguasaannya terhadap bahasa Arab, Indonesia dan Sunda, menjadikan dakwahnya mudah diterima banyak orang. Kehidupan yang sufistik melekat dalam dirinya. Karena itu Abah Anom juga dikenal sebagai ulama sepuh yang memiliki karomah dan sering dimintai tolong.
Suatu ketika KH Ma’shum, mantan petinggi NU, minta tolong agar operasi sang istri berjalan lancar dan selamat. Istri KH Ma’shum divonis dokter menderita kanker, dan perutnya yang buncit harus segera dioperasi unttuk dibuang kankernya. Oleh Abah Anom bukannya didoakan agar operasi selamat, melainkan didoakan agar “kanker” itu benar-benar menjadi jabang bayi (janin). Jelang operasi istri KH Ma’shum terperanjat, karena isi perutnya bergerak-gerak seperti janin. Semuanya terkejut, termasuk para dokter. Sampai bulannya bayi itu lahir dan kini menjadi ustadz di PP Suryalaya.
Karomah ini mirip dengan Sunan Gunung Jati, yang ketika berdakwah ke daratan Cina pernah ingin dikecoh menebak isi perut putri tokoh di sana. Sunan menyatakan, yang hamil putri yang belum bersuami, dan kenyataannya memang demikian. Mulanya Sunan ditertawakan, tetapi akhirnya mereka yang ingin mengecohnya berubah ketakutan. Akhirnya Sunan diminta mendoakan agar isi perut itu kembali kepada sang putri yang sudah bersuami, yang sebelumnya memang sedang hamil. Putri yang belum bersuami itu, walaupun tak direstui, belakangan menjadi istri Sunan Gunung Jati.
Ulama pejuang
Satu dari kelebihan Abah Anom, beliau ulama yang ikut berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Bersama ayahnya dan para pejuang lainnya ia aktif berjuang di Jawa Barat, baik untuk melawan Belanda, Jepang, Sekutu maupun NICA. Bahkan ketika di Jawa Barat muncul gerakan DI/TII yang ingin memisahkan diri dari NKRI, Abah Anom bersama TNI ikut melawannya.
Karena itu Abah Anom berpendirian bahwa negara ini justru didirikan oleh banyak ulama dan pejuang muslim. Sebagai konsekuensinya, ulama dan kalangan Islam tidak boleh meninggalkan negara untuk diserahkan kepada orang lain, sebab leluhur mereka telah mendirikannya dengan susah payah dan penuh pengorbanan. Jika ditinggalkan, maka sistem dan pengelolaan negara tidak akan sesuai lagi dengan semangat dan tujuan kemerdekaan yang digariskan oleh para pahlawan, pejuang dan founding fathers negara.
Konsekuensi selanjutnya, Abah Anom meminta agar segenap umat Islam memberikan dukungan kepada pemerintahan yang sah, sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah, Rasul dan ulil amr yang diperintahkan oleh agama. Tetapi dukungan tersebut tidak membabi buta, melainkan disertai kritik dan koreksi yang konstruktif. Amar ma’ruf dan nahi munkar harus dijalankan secara bersama-sama, namun tidak sampai kepada beroposisi. Karena itu kepada setiap calon pejabat dan pejabat yang datang Abah Anom selalu memberikan nasihat-nasihat bagaimana agama disertakan dalam pengelolaan negara dan urusan publik. Abah Anom yang tidak pikun di usianya yang mendekati 100 tahun (96 tahun) tidak henti-hentinya memberikan nasihat kepada siapa saja, meskipun sambil duduk di atas kursi roda.
Untuk mengisi pembangunan, Abah Anom juga proaktif mendukung program pemerintah seperti sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, koperasi, pertanian, irigasi, kelistrikan dan sebagainya. Pondok pesantren Suryalaya di Tasikmalaya Jawa Barat dijadikannya percontohan mengembangkan pesantren yang tradisional dengan kajian ilmu-ilmu agama sekaligus modern dengan menyertakan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di alam pembangunan.
Atas jasa-jasanya dalam perjuangan dan pembangunan itu Abah Anom banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah maupun pihak swasta. Ribuan pelayat yang menyalatkan, mendoakan dan menghadiri pemakamannya menunjukkan figuritas Abah Anom sulit dicari padanan dan gantinya.
Rehabilitasi narkoba
Kelebihan lain dari Abah Anom adalah kemampuannya dalam rehabilitasi atau terapi terhadap para penderita narkoba. Keahliannya dalam ilmu agama khususnya tauhid, fikih, tasawuf/tarekat, tafsir dan hadits menjadi bekal baginya untuk melakukan rehabilitasi melalui pendekatan agama. Untuk itu sejak era 1980-an ia sudah mendirikan Darul Inabah pada pondok yang dipimpinnya, yang dikhususkan sebagai pusat rehabilitasi pecandu narkoba. Atas jasanya ribuan santri korban narkoba yang sebelumnya nyaris tidak ada harapan lagi, akhirnya dapat disembuhkan. Santri korban narkoba yang ditanganinya tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari kawasan Asia Tenggara dan mancanegara, karena itulah namanya juga dikenal di dunia luar.
Selama hidupnya, Abah Anom berhasil mendorong berdirinya 22 Darul Inabah se Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Darul Inabah Banjarmasin yang dulu dirintis oleh alm Prof Dr HM Zurkani Jahja, MA. Semuanya mengadopsi cara penyembuhan narkoba yang diajarkan oleh Abah Anom.
Kenyataannya penyalahgunaan narkoba di Indonesia dan di Kalsel terus meningkat drastis. Jelang 2015 nanti diperkirakan 5 juta penduduk Indonesia menjadi rusak akibat narkoba. Fenomena ini tentu bukan karena gagalnya rehabilitasi, melainkan karena para pecandu, pengedar dan jaringan narkoba tidak kunjung jera menjalankan aksinya. Ketidakstabilan jiwa dan mental seseorang juga mendorong orang terjun menjadi pecandu, dan persoalan ekonomi pun acapkali menjadi pemicu orang terjun dalam bisnis haram ini. Jadi, mengatasi narkoba harus dengan memotong akar dan guritanya serta melalui pendekatan ganda.
Abah Anom telah berbuat yang terbaik selama hidupnya. Kita doakan semoga amal saleh beliau beroleh limpahan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt, dan semoga generasi penggantinya dapat meneruskan kiprahnya membangun agama dan negara.
Pengamat sosial keagamaan, tinggal di Banjarmasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar